Selasa, 12 Mei 2009

Jenis Golongan Darah Bisa Picu Kanker


Jenis golongan darah bisa mempermudah seseorang untuk terserang penyakit kanker. Hal itu dikarenakan kekentalan darah yang dimiliki tidak sama satu dengan yang lain. Golongan darah A dan AB relatif memiliki kekentalan, sementara golongan darah B dan O lebih encer.

Yang jelas hal itu bisa dicegah dengan cara berolah raga agar sirkulasi darah bagus. Orang dengan golongan darah A dan AB menyebabkan virus akan menempel dengan mudah di pembuluh darah. Sehingga menyebabkan sel darah putihnya lebih sedikit dibanding dengan sel darah merah. Namun sebaliknya, orang dengan golongan darah B dan O, jumlah sel darah putihnya lebih banyak sehingga ketika terjadi pembelahan sel darah merah, jumlah sel darah putih lebih banyak sehingga bisa mencegah penyakit kanker lebih baik.

Penyakit kanker ini terbagi ke dalam beberapa macam, yaitu kanker payudara, kanker rahim, kanker prostat, dll. Gejala yang ditimbulkan pun berbeda-beda, tergantung dari kanker apa yang menyerang. Namun yang jelas, proses terjadinya kanker pada manusia terjadi melalui tiga fase, yaitu iniasi, promosi dan progresi dengan diikuti munculnya benjolan-benjolan.

Benjolan tersebut yaitu, benjolan kelenjar getah bening (KGB), benjolan berupa kista dan benjolan tumor. Benjolan KGB biasanya muncul di belakang telinga, leher belakang dan ketiak. Kemudian benjolan berupa kista, benjolan ini berisi cairan padat berbentuk gel yang biasanya muncul di payudara dan rahim. Sedangkan benjolan tumor adalah daging yang tumbuh di mana dalam pertumbuhannya tidak terkendali.

Benjolan tersebut diawali dengan tumor jinak yang bisa muncul di dalam ataupun di luar tubuh. Benjolan-benjolan tersebut bila dibiarkan dan tidak ada tindakan dari staf medis atau dokter pada akhirnya dapat berubah menjadi kanker. Hal inilah yang harus diwaspadai oleh masyarakat.

Sementara itu, gejala atau keluhan umum yang sering dirasakan oleh seseorang yang terkena kanker adalah buang air besar tidak tuntas. Selain itu, beberapa gejala lainnya adalah peses atau kotoran berwarna hitam kemerahan dan berlendir, sesak napas tidak kunjung sembuh padahal tidak memiliki asma, serta batuk kering yang tidak kunjung sembuh padahal tidak punya penyakit paru-paru.

Faktor penyebab kanker sendiri diketahui dari beberapa hal. Namun yang jelas, faktor tersebut adalah dari faktor genetik atau keturunan, faktor lingkungan, dan faktor pola makan di mana karsinogen yang dikonsumsi tidak terkendali. Karsinogen tersebut adalah seperti pengawet, penguat atau penyedap rasa, pengenyal makanan, pewarna kimia, sakarin atau pemanis buatan, serta sisa pembakaran atau pengasapan yang disebut nitrosamin.


Cara hemat dan sehat untuk mencegah kanker dapat dilakukan dengan beberapa hal. Mengurangi karsinogen menjadi hal yang harus diutamakan. Selain itu mengonsumsi anti oksidan juga menjadi hal penting lainnya selain olah raga dan immunotherapy kanker. Yang dimaksud dengan immunotherapy kanker adalah salah satu cara pencegahan untuk kanker secara kimia dan biologi atau herbal. (theraphy imunology) yang berfungsi mencegah aktifnya sel kanker di dalam tubuh...

Kisruh DPT, Kurangnya Ketelitian KPU

PELAKSANAAN pemilihan umum legislatif (pileg) yang dilaksanakan 9 April lalu, menyisakan celah yang lumayan memalukan. Bagaimana tidak, jutaan hak pilih harus dikorbankan akibat kurangnya ketelitian Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam melakukan pendataan pemilih. Mereka yang tidak masuk ke dalam daftar pemilih tetap (DPT) pileg, harus rela tidak bisa menggunakan hak pilihnya.

Namun, hal itu merupakan salah satu kekurangan dari sekian banyak kekurangan dalam pelaksanaan pileg lalu. Sebenarnya, banyak sekali kekurangan yang ada pada pelaksanaan pileg tersebut. Dan seharusnya, kejadian seperti itu tidak kembali terulang pada pelaksanaan pemilu presiden (pilpres) nanti.

Saat ini, KPU sudah melakukan proses pemutakhiran data pemilih. Tercatat sejak 11 hingga 17 Mei, hasil pemutakhiran data pemilih sudah bisa dilihat di tiap kelurahan. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah proses pemutakhiran tersebut menjamin tidak akan ada warga lagi yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya? Pertanyaan tersebut tampaknya akan terlihat pada pelaksanaan pilpres nanti.

Bisa dipastikan, jumlah pemilih akan bertambah pada pilpres nanti. Sejumlah pemilih pemula yang tercatat di Dinas Kependudukan masing-masing daerah, akan menambah jumlah hak pilih. Namun, apakah hak pilih itu akan digunakan atau tidak, itu tergantung dari kesadaran politik para pemilih. Jangankan pemilih pemula, pemilih yang sudah pernah mengikuti pemilu pun belum tentu melakukan hak pilihnya.

Pada 18 hingga 24 Mei nanti, hasil pemutakhiran tersebut akan direkapitulasi oleh KPU. Pada saat tersebut, hasil pemutakhiran bisa dikritisi oleh masyarakat dan parpol peserta pemilu. Maka dari itu, mereka yang tidak terdaftar dalam DPT pileg, bisa melihat apakah pada pilpres nanti mereka mempunyai hak pilih atau tidak.

Data pemilih untuk pilpres sendiri diambil dari DPT pileg yang kemudian statusnya berubah menjadi daftar pemilih sementara (DPS). Setelah statusnya berubah menjadi DPS, maka KPU akan menetapkan DPS tersebut menjadi DPT pilpres. Tambahan pemilih sendiri didapat dari hasil pendataan yang dilakukan oleh Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP).

Berkaca dari kisruh yang diakibatkan banyaknya warga yang tidak masuk ke dalam DPT, KPU seharusnya sadar bahwa proses pendataan untuk daftar pemilih dilakukan dengan lebih teliti. Sebenarnya, proses pemutakhiran bisa dilakukan dengan lebih teliti. Salah satunya adalah dengan melakukan pendataan tingkat RT dan RW.

Keberadaan RT sebenarnya bisa dimaksimalkan agar tidak terjadi kembali kisruh seperti yang terjadi pada pileg lalu. Secara keseluruhan, para ketua RT atau RW pasti lebih tahu siapa saja warga yang mempunyai hak pilih pada setiap pelaksanaan pemilu. Karena setiap RT maupun RW lebih mengetahui jumlah warganya yang sudah memenuhi persyaratan untuk bisa menggunakan hak pilih.