Senin, 13 Juli 2009

Menulis Butuh Penjiwaan

Menulis Butuh Penjiwaan

Menulis artikel kadang jadi sesuatu yang sulit. Padahal, sebenarnya menulis memiliki kesenangan tersendiri. Namun semua itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Jika menulis dilakukan dengan pembawaan terpaksa dan paradigma yang membosankan, tentunya menulis jadi satu hal yang sangat tidak menyenangkan. Sebaliknya, jika menulis dilakukan atas dasar kesenangan, maka semuanya akan menjadi menarik.

Yang jelas, untuk bisa menulis membutuhkan penjiwaan. Pasalnya, jika kita tidak melakukan penjiwaan terhadap tulisan yang dibuat, hasilnya pun tak akan maksimal. Penjiwaan itulah yang seharusnya ditumbuhkan terlebih dahulu untuk merangkai kata menjadi sajian yang menarik agar dibaca orang.

Mungkin kata “penjiwaan” terkesan berlebihan bagi pembaca. Tapi hal itu justru yang paling krusial saat kita ingin membuat suatu tulisan, khususnya artikel. Dan hal pertama yang harus dilakukan ketika akan mulai menulis adalah terjun langsung pada apa yang ingin disampaikan. Jangan sampai apa yang akan ditulis menjadi bumerang karena tidak memahami pokok bahasan yang ingin disampaikan.

Ada beberapa hal yang harus ditempuh untuk membuat suatu tulisan. Namun tentu saja hal itu berpulang pada tujuan apa kita menulis. Jika tulisan tersebut hanya untuk kesenangan, maka kita bebas mencurahkan tulisan dengan seenaknya. Tapi ketika tulisan tersebut ingin dibaca oleh banyak orang, penulis jangan sampai lupa pada psikologis pembacanya.

Berikut ini merupakan hal yang harus dilakukan ketika ingin membuat tulisan; a. kuasai apa yang ingin disampaikan, b. perbanyak referensi bacaan, c. pilih pembahasan yang disukai, d. rumuskan tujuan yang ingin dicapai, dan e. pikirkan efek yang dapat timbul dari tulisan kita

a. Kuasai apa yang ingin disampaikan

Hal yang benar-benar dikuasai akan lebih mudah untuk dilakukan. Begitu juga dengan tulisan yang akan dibuat. Contohnya, mahasiswa dari jurusan komunikasi akan lebih menguasai ketika menulis sesuatu yang berhubungan dengan komunikasi. Karena bagaimanapun, seseorang yang hidup dalam lingkungan tertentu akan lebih menguasai bidang tersebut. Disadari ataupun tidak, hal itu tertanam dan membuat seseorang memiliki kecenderungan salah satu hal yang dikuasai.

Jika penulis menguasai suatu pembahasan, maka pemikiran pun akan muncul dengan sendirinya. Tapi ada hal yang harus dijaga oleh penulis ketika ingin menuangkan pikirannya dalam tulisan. Kadang, perasaan menguasai sesuatu bisa membuat penulis merasa besar kepala dan tidak mempedulikan orang lain. Dan yang lebih fatal adalah menganggap orang lain tidak lebih baik dari penulis. Hal itulah yang harus dihindari tanpa kecuali.

Satu hal yang harus ditekankan, penulis tidak boleh menulis yang dikuasainya dengan setengah. Ini tidak berarti melarang seseorang untuk menulis. Justru, jika penulis tidakmenguasai suatu pemikiran secara baik, salah-salah tulisan tersebut malah menjadi tulisan yang mentah dan terkesan setengah-setengah.

b. Perbanyak referensi bacaan

Gaya tulisan seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang, motivasi, dan bacaan atau hal yang dipelajari untuk dijadikan referensi. Semakin banyak bahan referensi yang menjadi acuan, maka tulisan tersebut akan semakin kaya. Dari sekian banyak penulis hebat, mereka pasti memiliki referensi tersendiri untuk menulis karyanya.

Contohnya, mereka yang menyukai membuat tulisan yang bersifat mengkritisi pemerintah lebih cenderung menyukai bacaan yang sejenis. Dengan membaca tulisan orang lain, justru bisa memperkaya bahan yang bisa digunakan untuk menulis. Selain menambah pengetahuan, gaya tulisan juga sangat terasa. Dengan memperbanyak referensi bacaan, hal itu juga bisa menambah perbendaharaan kosakata, pemikiran, arah dan tujuan yang ingin dicapai.

c. Pilih pembahasan yang disukai

Kesukaan penulis terhadap suatu hal bisa membuat seseorang merasa enjoy dalam menulis. Misalnya, seseorang yang menyukai karya sastra akan lebih menyukai membuat tulisan yang berbau sastra. Tapi ketika penulis tersebut dibebankan untuk membuat tulisan dengan tema politik, maka penulis tersebut akan kesulitan untuk membuat tulisannya kecuali bagi mereka yang menyukai banyak hal.

Seseorang yang menyukai pokok bahasan yang ingin disampaikan akan cenderung lebih mudah dalam membuat tulisan. Hal itulah yang kemudian bisa memicu penulis menyajikan tulisan yang berkualitas. Karena biasanya, orang yang melakukan sesuatu dengan rasa suka akan lebih mudah dalam melakukan sesuatu yang orang itu suka. Begitu juga dalam menulis, faktor kesukaan membuat tulisan itu dibuat secara totalitas.

d. Rumuskan tujuan yang ingin dicapai

Hal lain yang harus diperhatikan adalah merumuskan untuk apa tulisan tersebut. Jika tulisan tersebut dibuat untuk pribadi, maka buatlah tulisan dengan gaya yang diinginkan penulis. Yang pasti, suatu tulisan harus memiliki tujuan. Jika tulisan tersebut hanya dilakukan untuk mempengaruhi orang lain, maka buatlah orang lain tersebut terpengaruh oleh tulisan penulis.

e. Pikirkan efek yang ditimbulkan

Seringkali, penulis tidak memikirkan efek yang ditimbulkan dari tulisannya. Padahal tanpa disadari, efek yang muncul dari suatu tulisan berdampak besar bagi pembaca. Baik atau buruk efek yang ditimbulkan, penulis harus bisa memprediksikan apa yang akan muncul nanti. Sebab dengan begitu, penulis bisa mengantisipasi jika tulisannya berdampak buruk.

Efek buruk yang harus diperhatikan tentu efek negatifnya. Sebab jika hanya memikirkan efek baik dari tulisan kita, maka ketika terjadi kemungkinan buruk, penulis cenderung akan kaget. Apalagi jika kemudian tulisan tersebut berdampak terhadap banyak sektor. Di sinilah penulis dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah dari tulisannya lebih awal. Dengan demikian, maka efek buruk bisa dicegah lebih awal.

Untuk hal teknis mengenai teknik menulis, ada beberapa orang yang menulis bagaimana cara menulis artikel. Dari sekian banyak tulisan seperti itu, tentunya memiliki kelebihan masing-masing. Namun yang jelas, semuanya bertujuan untuk membagikan ilmu mereka pada pembaca. Dan jika kita ingin memperoleh wawasan yang luas, maka membaca beberapa buku sebagai referensi bisa menjadi hal yang memperkaya tulisan.

Dari tataran teknis misalnya, Sudaryono Achmad dalam salah satu blog menerangkan, ada 10 langkah untuk menulis. Tahap penulisan tersebut antara lain :

1. Menentukan gagasan utama.

Dalam menulis sebuah artikel, gagasan utama harus sudah melekat dalam otak kita. Misalnya, ketika akan menulis soal kenaikan harga BBM, satu gagasan utama harus ada. Misalnya “Saya tidak sepakat kenaikan BBM karena membuat rakyat tercekik”. Gagasan utama ini yang nantinya akan menuntun penulis untuk memberikan alasan dan argumentasi kenapa hal itu bisa terjadi. Kemudian penulis baru mengalirkan tulisan pada dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut, kritik terhadap pemerintah, alternatif kebijakan yang semestinya diambil dst.

2. Membuat judul yang menarik.

Misalnya contoh kasus dugaan penipuan yang menimpa Jarwo Kuat (JK) wapres dalam acara televisi republik mimpi. Dalam artikel di Harian Kompas, Indra Jaya Piliang, seorang penulis artikel yang cukup produktif memberikan judul menarik “Matinya Mimpi Republik. Judul ini, selain provokatif (mengundang pertanyaan) juga kental dengan nuansa sastranya. Judul seperti ini diharapkan bisa menarik perhatian redaktur dan pembaca sekaligus.

3. Memfokuskan maksud gagasan.

Jebakan penulis artikel biasanya menulis ngalor ngidul (kemana-mana) padahal ruang artikel dalam media terbatas . Hal ini hanya akan membuat ruwet tulisan karena tidak jelas kemana arahnya, kemana juntrungnya. Memfokuskan pada maksud gagasan diperlukan. Dalam arti, hanya memfokuskan diri untuk membahas tema utama yang sedang diangkat, bukan malah membumbui banyak basa basi yang tidak konteks. Hal-hal yang barangkali penting tetapi tidak ngonteks dengan tema yang sedang dibahas sebaiknya juga dikesampingkan agar tidak melenceng dari tujuan awal menulis. Strategi ini untuk menghindarkan diri penulis agar tidak pecah konsentrasi, tidak membahas tema yang sebelumnya direncanakan, tetapi malah menulis tema yang lain.

4. Memilih model P-D-K atau P-S-P.

Dalam menulis artikel ada konsep P-D-K (Pendirian-Dukungan-Kesimpulan) atau P-S-P (Pendapat-Sanggahan-Pendirian). Konsep tersebut untuk mempermudah dalam menentukan model artikel seperti apa yang akan kita tulis. Untuk memberikan dukungan atau sanggahan, bahannya dari pemikiran atau penelitian yang telah kita siapkan sebelumnya. Dengan modal tersebut argumentasi kita akan lebih meyakinkan, berbobot dan bisa diterima baik oleh khalayak pembaca.

5. Menjelaskan benang merahnya.

Kesulitan terbesar yang dihadapi penulis dalam menulis artikel adalah menarik benang merah atas sebuah persoalan. Benang merah ini sebenarnya bukan persoalan dalam keterampilan menulis, tetapi lebih didasarkan pada kapasitas pemikiran kita. Untuk bisa menarik benang merah, resep yang cukup cespleng tak lain tak bukan adalah meramu dua unsur sekaligus. Yaitu referensi dan ketajaman analisis. Hasil ramuan kedua hal ini yang kemudian bisa melahirkan benang merah pemikiran kritis. Dan, tanda-tanda keberhasilannya adalah pembaca akan manggut-manggut mengiyakan setelah membaca tulisan kita.

6. Menentukan sikap penulis.

Dalam kehidupan keseharian, sikap bijak pasti diperlukan. Ketika menulis, sikap normatif ini kadang menjebak kita. Alih-alih ingin bijak, hasilnya malah muncul kesan sok bijak. Maka, sikap tegas penulis perlu diketengahkan. Sehingga akan tampak jelas pembelaannya. Kelihatan jelas sikapnya, pro atau kontra dalam membahas masalah yang ditulisnya. Dengan menggunakan teknik ini kelak khalayak akan tahu dan memberikan identitas dan kekhasan tersendiri kepada penulis tersebut.

7. Menghindari istilah rumit.

Walaupun banyak penulis punya penguasaan spesifik bidang tertentu (misalnya seorang dokter atau psikolog), tapi terlampau menuliskan istilah-istilah yang rumit bagi publik tentu tak bijak. Penulis artikel sebaiknya tidak membebani pembaca dengan istilah-istilah yang asing dan rumit. Alternatifnya adalah mengganti istilah dengan bahasa-bahasa yang umum. Misal abrasi diganti pengikisan, atau signifikan bisa diganti dengan berpengaruh besar, urgen diganti dengan penting. Dengan begitu, pembaca akan lebih nyaman dan lebih mudah memahami maksud tulisan kita.

8. Menentukan sasaran tembak.

Sasaran tembak ini juga perlu dilakukan agar artikel tidak melulu lembut tapi bisa geram. Menyebut nama dan mengatakan pemikirannya salah itu sah-sah saja asalkan dibangun dengan argumentasi yang memadai. Teknik sasaran tembak ini juga bisa digunakan untuk menanggapi tulisan orang. Biasanya, ketika kita menanggapi tulisan orang di media massa, gayung bersambut akan muncul. Teknik ini, selain sebagai strategi kita untuk siap beradu argumentasi (melatih perang pemikiran), juga bisa merangsang dan memaksa kita untuk terus menulis sebelum wacana pro-kontra berakhir.

9. Mempertanyakan atau menggugah.

Penutup artikel perlu mendapat sentuhan agar muncul kesan dari pembaca. Tekniknya bisa dengan mempertanyakan sesuatu atau menulis kata-kata yang menggugah. Prinsipnya, pertanyaan atau penulis kata-kata menggugah tersebut bisa memberikan kesan mendalam kepada pembaca. Misalnya “Akankah Hakim berani memutuskan Soeharto bersalah ?. (contoh pertanyaan yang berusaha memberikan sentilan). Atau, “Semoga masa depan sepakbola kita bisa maju tanpa kekerasan” (Kesan memberikan rasa optimis dan harapan menggugah).

10. Editing.

Inilah tahap akhir kepenulisan artikel. Evaluasi dan koreksi ini proses standar yang mesti dilakukan ketika seseorang telah berhasil membuat sebuah tulisan. Jangan coba-coba mengirimkan tulisan sebelum diedit. Editing terutama diarahkan pada apakah logika berpikir yang dibangun sudah benar atau bisa juga memperbaiki aliran gagasan dengan memperjelas kalimat agar mudah dipahami pembaca. Editing juga mencakup soal EYD dan mempercantik gaya tulisan agar indah, gurih dan enak dibaca.

**** Pentingnya Warnet dikalangan Mahasiswa

Oh Internet,,,,,,Kami MEMBUTUHKAN MU…

Stikom (GERBANG).- Warnet alias warung internet sudah banayak ditemukan dikota maupun pedesaan di seluruh Indonesia.Mulai dari anak kecil sampai kakek nenek pun tak ingin ketinggalan era tekhnologi yang semakin canggih ini. Apalagi untuk pelajar sampai mahasiswa, kesempatan ini tidak di sia-siakan, khususnya oleh mahasiswa/I Stikom bandung, yang memanfaatkan warnet di sekitar kawasan Phh.Mustofa.

Setiap warnet mempunyai tarif perjam berbeda, yang berkisar antara Rp.3000-4000 /jam, itupun tergantung kenyamanan yang diberikan warnet itu. Pada Umumnya mahasiwa/i Stikom mampu berjam-jam nongkrong didepan komputer. Dengan internet mahasiswa sangat dimudahkan mencari bahan untuk dijadikan makalah maupun bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan perkuliahan, atau bahkan hanya sekedar mengisi kekosongan jikalau dosen yang bersangkutan tidak hadir dalam kelas.

Itu terjadi dengan Sri, Echi sapaan akrabnya, mahasiswi angkatan 2007 jurusan broadcasting ini mengaku, “Kewarnet, emang udah jadi kebiasaan, hidup hampa kalo ga buka fesbuk, bahkan aku ngebela-belain untuk ga jajan, hanya untuk ngenet dan chatingan dech” tutur perempuan berambut panjang ini. Saat ditemui di salah satu warnet langganan anak Stikom.

Sebenarnya untuk menggunakan internet, Stikom Bandung sudah menyediakan fasilitasnya, tepat dilantai atas ruang Lab Com. Akan tetapi sangat disayangkan, terkadang internetnya selalu not responding. Dan komputer yang ada internet nya pun hanya ada 1, jadi nunggu giliran aja sama yang lain........(Tya)