Minggu, 15 Februari 2009

Valentine days 14 Februari 2009

Semua rang pada tau ko apa iti "VD" atau yang lebih dikenal dengan sebutan Valentine days...
Hampir keseluruhan remaja di kita (Indonesia( memperingati hari itu,, tidak hanya remaja saja, bahkan anak SD, sampai orang tua pun tak lupa akan moment-moment ITU.......

Tapi tidak dengan mahasiswi Stikom 2007 asal sunda ini, Tya sapaan akrabnya, mengaku tidak pernah merayakan Valentine secara khusus "AQ BIASA TUKERAN KADO AJA SAMA ANAK-ANAK KMPUS, ITU PUN GA LEBIH DARI GOBAN,, he......."

Ungkap cewe yang mengaku mirip Zaskia Adiya Mecca


_Pikiran GUA edisi 13 Februari 2009_

Senin, 09 Februari 2009

Caleg Muda,,,,,,,, Miskin Kok Bangga

Berita pada hari minggu, sungguh menggelitikan hati saya, karenanya sewaktu saya melihat berita di TV, para caleg-caleg muda berorasi visi misi nya sambil mengumbar kalau beliau adalah orang miskin tidak punya apa-apa……HAH…….GA SALAH

Memang ga salah, dan ternyata hamper semua para caleg muda itu berkata demikian, sambil tertawa seolah-olah beliau-beliau itu adalah pemeran utama panggung drama komedi…

Hufhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Pilkada Jatim menghabiskan 1 triliun

Pilihan Kepala Daerah Jawa Timur (PILKADA) yang sekarang akhirnya mendapatkan kepala daerah nya yaitu Mujiono. Sebelumnya kita tau bahwa pemilihan pilkada ini berlangsung 2x. Dan itu jika ketahui, pilkada itu menghabiskan 1 TRILIUN Kaya gitu doank ngabisin 1 triliun. Apa kata dunia??????

Yupzz Pilkada ini memang pilkada yang menghabiskan dana terbesar di Indonesia, tapi ironis sekali dengan keadaan di Jatim, kita tau Lumpur lapindo belum juga mendapat titik terang, eh iniiiiiii malah ngabisin duit..

Kenapa uangnya ga dipake buat kesejahteraan masyarakat jatim atau untuk para korban Lumpur lapindo…

Apa ga melek tu,,,, warga-warga ga punya rumah, makan susah, pakean seadanya…
Eh ini poya-poya buat Pilkada…..

Cape dach……..

Senin, 02 Februari 2009

Resensi Buku "Bikin Film Indie itu Mudah"

Judul : Bikin Film Indie itu Mudah

Penulis : M. Bayu Widagdo

Penerbit : C.V Andi

Cetakan : 1, November 2007

Jumlah hal : 176 halaman

Jenis Cover : Soft cover

Kategori : Multimedia

Text Bahasa : Indonesia

Dunia perfilman di Indonesia ini, bisa juga dikatakan sebagai dunia glamour, dunia yang biaya produksinya tidak sedikit, bahkan berkisar pada angka 6 digit ke atas. Itu pun belum dengan biaya praproduksi, biaya pasca produksi, biaya pemasaran dan promosi dll. Kebanyakan orang memandang dunia perfilman itu sebagai hobi yang sangat berharga mahal.

Mengapa disebut hobi yang sangat mahal, tetapi orang-orang banyak yang membuat film. Ya, itu semua karena tuntutan kebutuhan public yang ingin menonton dan terus menontonnya. Apalagi sekarang munculnya berbagai film kreatif berdurasi pendek atau public lebih familiar dengan sebutan film indie. Di beberapa kota besar, tidak hanya penggemar film atau mahasiswa saja yang mencoba mendobrak tradisi pemutaran film di bioskop dengan dilm indie. Pelajar sekolah pun ikut-ikutan dalam dunia sinematografi, bahkan mengadakan workshop, pemutaran film, membentuk komunitas-komunitas penggemar film, dan yang saya ketahui, banyak event-event yang menyelenggarakan lomba film indie seperti Rolling action di STV dan salah satunya Rolling Action yang pernah diadakan di kampus Stikom Bandung yang dulu di jl. Lodaya no.20.

Film indie sering diasumsikan sebagai pelarian orang-orang yang menggemari dunia perfilman. Jika yang tidak mempunyai banyak waktu dan pembelajaran yang banyak dari sekolah, ataupun UKM di kampus, bisa langsung membaca buku ini. Sang penulis, M. bayu Widagdo mencoba berbagi cerita, berbagi pengalaman dan wawasan kepada pembaca. Buku ini sangat berguna sekali bagi pembaca, entah itu mahasiswa/I pelajar bahkan siapapun itu yang ingin menekuni dunia perfilman, khususnya film indie. Buku “Bikin Film Indie itu Mudah” sangat gampang dipahami, langsung pada topic pembahasan dan tidak bertele-tele, komplit, plit, plit. apalagi dilengkapi dengan contoh proses produksi, formulir produksi, bagaimana menyusun Script Breakdown Sheet dan Script Breakdown, Run Down- Shooting Schedule, Breakdown Budget, Production Budget, dan dilampirkan pula istilah-istilah teknis dalam pembuatan film. Sehingga kita (pembaca) dapat langsung mempraktekannya, dan menurut saya itu kelebihan yang ada pada buku ini, selain judulnya menarik serta cover bukunya yang terlihat Film Banget dech, apalagi ilustrasi gambarnya yang memperlihatkan seolah-olah gambar tersebut hidup, (Mphhh lebay. red).


Didalam kelebihan pasti ada kekurangannya, jika saya perhatikan, buku ini lain dari pada yang lain, biasanya sang penulis narsiz (he..he..pis) mencantumkan profil mengenai dirinya, tapi yang saya lihat dalam buku ini, tidak ada sama sekali. Makanya saya merasa kesulitan mencari identitas M. Bayu Widagdo sebagai sang penulis.

Resensi Buku "Marketing Communication Orchestra"

Judul : Marketing Communication Orchestra

Penulis : Hifni Alifahmi

Penerbit : Sygma

Cetakan : Pertama

Jumlah hal : 288 (termasuk indeks/pengantar)

Jenis Cover : Soft cover

Dimensi (Lx P) : 20,8 x 14,5 cm

Kategori : Ekonomi, Bisnis dan Manajemen Pemasaran

Text Bahasa : Indonesia

Garis batas antara dunia pemasaran dan komunikasi kini semakin menipis. Definisi pemasaran terkini yang terfokus pada hubungan pelanggan mirip sekali dengan esensi PR yang berupaya memelihara hubungan baik dengan para pemangku kepentingan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, muncul istilah jalan tengah antara pemasaran dan PR: relationship marketing yang berupaya menawarkan manfaat timbal balik.

Esensi komunikasi pemasaran menggabungkan tiga disiplin ilmu dan profesi: strategi, pemasaran, dan komunikasi. Titik sentralnya komunikasi pemasaran stategik, perpaduan antara konsep manajemen strategic sebagai payung dengan pemasaran dan komunikasi yang membentuk Segitiga Emas Komunikasi Pemasaran sebagai model dalam buku milik Hifni Alifahmi ini.

Dua kata kunci dalam buku ini, yaitu orkestra dan harmonisasi menjadi esensinya. Marketing Communications Orchestra: Harmonisasi Iklan, Promosi, dan Marketing Public Relations. Pemakaian istilah Orchestra sudah lama menjadi pertimbangan. Alasan penambahan Marketing Public Relations – selain iklan dan promosi menjadi sub judul – karena buku ini berupaya menyajikan harmonisasi antara ketiganya dengan menampilkan contoh praktis atau kisah sukses yang dikaitkan dengan konsep seputar IMC dan MPR. IMC meracik beragam teknik komunikasi pemasaran sehingga dapat menghasilkan sinergi, Kolaborasi yang diciptakan IMC mewujudkan konsekwensi. Spirit orkestra sangat cocok diadopsi para profesional komunikasi pemasaran, karena kita (pembaca) bisa belajar dari tujuh dimensi orkestra, yakni: astu dirijen atau komando, harmonisasi dengan mengupayakan keselarasan, tematik untuk menghasilkan kesan dan pesan tunggal, berirama, spesifik membidik segmen tertentu, keterpaduan sikap rendah hati dan tidak menonjolkan diri serta apresiasi kepada penonton atau konsumen. Spirit harmonisasi inilah yang mestinya mendorong insan periklanan, pemasaran, dan komunikasi atau PR untuk berkolaborasi, bersikap rendah hati, dan belajar dari konfigurasi pentas orkestra. Buku ini disajikan untuk komunikator dan penting juga untuk mahasiswa komunikasi, seperti saya.

Kelebihan yang ada pada buku Marketing Communication Orchestra ini, ada pada cover yang menggugah, ya walaupun dalam cover gambar tersebut terlihat sosok laki-laki yang sedang memainkan orchestra, tetapi bagian mukanya hanya bibir yang terlihat. Aneh tapi menurut saya itu menarik. Jika dalam pembahasannya, sebenarnya buku ini bagus, tetapi karena saya bukan mahasiswi Public Relation, membaca ½ nya saja sudah menjenuhkan dan jika berbicara soal kekurangan ya itu tadi, karena saya tidak maembaca full (semuanya) jadi saya kurang memahami isi buku ini.